Beranda Headline Dedikasi Penyapu Jembatan Citarum di Karawang: Rela Tak Libur Meski Upah Cuma...

Dedikasi Penyapu Jembatan Citarum di Karawang: Rela Tak Libur Meski Upah Cuma Rp 10 Ribu per Hari

Penyapu jembatan citarum karawang
Iis, penyapu jembatan sungai Citarum di Karawang.

KARAWANG – Sore hari suasana di jembatan penghubung Karawang-Bekasi terbilang ramai. Lalu lalang kendaraan dari kedua arah silih berganti.

Pedagang yang memadati sisi kiri jembatan nampak sibuk meladeni pembeli yang asyik menikmati suasana sore dari perbatasan Karawang di Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok.

Pun begitu dengan Iis Susilawati. Berbekal sapu lidi dan serok sampah, ia terlihat sibuk sendiri menyusuri sisi-sisi jembatan.

Lengannya berayun seirama dengan langkah kaki. Menggiring sampah-sampah plastik ke mulut serok.

Baca juga: Limbah Medis Dibuang di Jembatan Citarum Penghubung Karawang-Bekasi

Rutinitas ini memang jadi kegiatan sehari-hari Iis. Saban siang hingga tengah malam ia berpeluh ria di jembatan tersebut.

4 Tahun jadi penyapu jembatan
Penyapu jembatan citarum karawang
Iis, penyapu jembatan sungai Citarum di Karawang.

Perempuan berusia 54 tahun ini mengaku sudah menjalani profesi sebagai penyapu jembatan Karawang – Bekasi selama 4 tahun, tepat saat jembatan sepanjang 1,2 kilometer itu diresmikan.

Iis berujar, saat awal jembatan beroperasi, ia sempat memiliki rekan kerja. Namun dua tahun lalu rekannya itu meninggal dunia.

“Dulu ada yang nemenin emak, tapi udah meninggal, sekarang sendirian. Kadang-kadang abah (suami) suka bantuin emak,” ucap Iis saat berbincang dengan tvberita, Kamis (9/1).

Baca juga: Geger Buaya Muncul di Selokan Permukiman Warga di Karawang

Nyaris bertaruh nyawa demi pungut sampah
Penyapu jembatan citarum karawang
Jembatan sungai Citarum di Karawang ramai dijadikan tempat buang sampah warga.

Bagi sebagian orang, penyapu jembatan Citarum, Karawang mungkin pekerjaan sepele. Namun nyatanya anggapan itu tak selalu benar.

Pasalnya, ketika sampah menumpuk, tak jarang ia harus mengangkut 4-5 kantong plastik berukuran besar untuk dibawa ke TPS yang jaraknya 100 meter dari ujung jembatan. Sendirian.

Apalagi ketika sampah itu menumpuk di besi penahan jembatan yang dibuang sembarangan oleh warga, ia harus berjibaku memungutnya langsung dengan tangan tanpa peralatan memadai.

“Kalau sampai jatuh, ya wassalam,” ucap dia terkekeh.

Gajian Rp 70 ribu per minggu

Iis bilang dari pekerjaan menyapu jembatan ini ia mendapat upah Rp 70 ribu per minggu tanpa hari libur. Uang itu berasal dari iuran pedagang di sekitar jembatan yang dikelola oleh Karang Taruna setempat.

“Sekarang Rp 70 ribu per minggu, alhamdulillah naik Rp 20 ribu. Kalau dulu soalnya Rp 50 ribu,” sebut Iis.

Baca juga: Pilu Kondisi SDN di Karawang: Guru-Siswa Tak Berani ke Sekolah karena Bangunan Nyaris Ambruk

Secara hitungan ekonomi, uang sebesar itu tentu tak akan memenuhi kebutuhan sehari-hari perempuan beranak 5 tersebut.

Namun tambahan uang bisa ia dapat karena ia dan suami juga turut berjualan di jembatan tersebut.

“Ini kan sambil dagang. Itu (dagangan) di sebelah sana ditungguin sama abah, emak yang nyapu. Alhamdulillah buat sehari-hari mah ada aja selama kita ikhlas, selalu eling sama nikmat gusti Allah,” paparnya.

Tak segan omeli warga yang jorok
Momen warga saat buang sampah ke sungai Citarum di Karawang.

Sebagai orang yang bertugas menjaga kebersihan jembatan, ia mengaku memiliki tanggung jawab moral ketika ada warga yang asal membuang sampah sembarangan ke sungai Citarum.

Baca juga: DPRD Segera Jadwalkan Pengangkatan Bupati dan Wakil Bupati Karawang Terpilih

Maka tak mengherankan jika ia kerap mengomeli oknum warga yang dia anggap jorok.

“Sering emak mah negor kalau ada yang buang sampah sembarangan. Mending kalau sampahnya disimpen diplastikin di pinggir, ini mah kadang pakai motor terus nyemplungin sampah ke sungai, kan gak boleh kayak gitu. Rusak nanti sungai, kasian yang di laut pasti kena banjir,” tandasnya.

Hanya saja, ia bersyukur selama beberapa hari ke belakang, warga yang membuang sampah ke sungai agak berkurang. Barangkali, ujar dia, karena sempat ramai soal penemuan limbah medis pada Selasa (7/1) kemarin.

“Dulu mah banyak yang buang, sehari sepengetahuan emak bisa 7 orang asal cemplungin ke sungai. Sekarang agak mending pas kemarin ramai didatengin pejabat ama polisi, emak bilang itu ada limbah medis, ntar mah ada CCTV biar ketahuan yang asal buang sampah, biar pada malu,” tutupnya. (*)