Beranda Regional Seniman Tradisonal Banyak Sengsara, Negara Wajib Perbanyak Panggung Hiburan

Seniman Tradisonal Banyak Sengsara, Negara Wajib Perbanyak Panggung Hiburan

PURWAKARTA, TVBERITA.CO.ID- Tidak terjaminnya kesejahteraan seniman – seniman tradisional menjadi sorotan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi – Ma’ruf Amin Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Dalam safari budaya pagelaran wayang golek di Kampung Caimulang, Dusun Cikangkung Barat, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (2/2/2019), Dedi bertemu dengan Bagus (73), seorang pria tua yang saat ini bekerja sebagai kuli pembuat batu bata dengan penghasilan Rp. 40.000 per hari. Padahal, di masa muda pria tersebut adalah seniman tradisional.

“Sekarang mah sehari-hari cuma nyetak bata di Kampung Sawah. Paling sehari cuma dapat Rp.40.000,” kata Bagus kepada Dedi, Sabtu malam.

Mendapati kenyataan tersebut, Dedi mengatakan tak jarang seniman tradisional saat ini tersisihkan secara struktural dan kultural.

“Secara struktural mereka nyaris tidak lagi memiliki panggung, sehingga mereka harus banting setir jadi tukang bikin bata, nyangkul, parkir, apapun ditekuni yang penting bisa menyambung hidup. Dan itu ternyata bukan hanya menimpa seniman tradisi di daerah, bahkan seniman besar pun ketika tuanya banyak sekali yang mengalami problem hidup,” jelas Dedi.

Secara kultural, lanjut Dedi, tren milenialisme saat ini yang dekat dengan kultur pop pun mulai menggeser seni tradisional. Tidam hanya dalam seni, gaya milenial pun bahkan mempengaruhi aspek lain hingga ke politik.

“Saat ini tidak ada keberanian untuk menggali seni-seni tradisi. Misalnya, seni tradisi jarang sekali menjadi tontonan masyarakat karena memang para pemimpinnya jarang berani menampilkan. Karena seiring dengan politik yang serba milenial, banyak juga pemimpin yang terbawa dengan arus itu. Bahwa seolah-olah kalau tidak mengikuti tren milenialisme, dia kehilangan pemilih,” ucapnya.

Padahal, lanjut Dedi, masyarakat tradisional cenderung lebih loyal ketiimbang masyarakat milenial.

“Padahal kalau kita turun ke masyarakat, pemilih yang real itu, pemilih tradisi. Pemilih tradisi itu memiliki kesetiaan, karena ada kedekatan emosi dan kedekatan kultur dibanding seni-seni yang hanya bersifat temporer,” tuturnya.

Dedi menjelaskan, negara harus hadir untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada seniman tradisional. Salah satunya adalah memberikan asuransi bagi pekerja seni.

“Saya berkali-kali menyampaikan negeri ini sudah seharusnya merumuskan asuransi bagi pekerja seni. Sehingga, ketika tidak punya lagi panggung mereka bisa hidup dengan baik,” ucapnya.

Selain itu, agar seniman tradisional juga bisa terus mendapatkan penghasilan dari bakat dan kemampuannya di bidang seni tradisional, Pemerintah juga wajib memperbanyak panggung-panggung hiburan untuk masyarakat khususnya di pedesaan.

“Negara harus memberikan ruang panggung. Untuk menyediakan ruang panggung itu ada kementerian yang menangani, ada dinas yang menangani dari pusat sampai daerah. Ruang panggungnya harus dibuka,mereka harus diberikan ruang untuk berekspresi. Tak ada salahnya ruang panggung itu disiapkan oleh pemerintah dan yang menikmatinya masyarakat,” jelasnya.

Menyinggung masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo selama empat tahun ke belakang, Dedi mengatakan apresiasi terhadap seniman Indonesia cukup terlihat. Salah satunya dalam gelaran pembukaan dan penutupan Asean Games 2018 lalu.

“Puncaknya pada Asean Games, Pak Jokowi mampu mengakrobatikan seni nusantara, memberi ruang pada kreator muda. Pada sisi industri kreatif memberikan panggung seniman walau pun terbatas pada talent yang sering muncul di TV,” ungkapnya.

Dedi mengungkapkan, jika nantinya pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 01 Jokowi- Ma’ruf Amin dipercaya masyarakat untuk memimpin Indonesia, dirinya akan berupaya untuk mendorong pemerintah mencari solusi untuk menjamin kesejahteraan seniman tradisional.

“Di periode kedua Insya Allah Presiden akan lebih memberikan kesempatan untuk seniman tradisi. Tentunya mereka akan hidup manakala ruang panggungnya semakin dibuka. Tidak hanya di kota tapi ke pelosok desa,” tandasnya.(cr2/ris)