Beranda Regional Siti Astuti, Inovator Minuman Rempah Berfaedah

Siti Astuti, Inovator Minuman Rempah Berfaedah

BANDUNG, TVBERITA.CO.ID- Tak semua orang terampil menemukan manfaat dari hal sederhana. Salah satu yang beruntung adalah Siti Astuti (56), warga Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.

 

Bermula dari sakit maag yang dideritanya, ia bersama suami menciptakan inovasi minuman sehat dari rempah-rempah. Minuman rempah tersebut antara lain temulawak, kunyit putih, kunyit asem, dan jahe merah.

“Awalnya saya sakit maag, lalu bikin minuman untuk terapi, akhirnya saya buat juga untuk diproduksi. Alhamdulillah banyak yang merasakan manfaatnya,” tuturnya, Minggu (21/4/2019).

Berkat inovasi itu, ia mendapatkan piagam penghargaan dari Wali Kota Bandung, Oded M. Danial saat peringatan Hari Kartini tingkat Kota Bandung di Plaza Balai Kota Bandung Jalan Wasktukancana, Minggu (21/4/2019).

Formulasi minuman rempah yang dibuatnya adalah hasil penelitian suaminya yang pernah bekerja di perusahaan farmasi nasional. Siti lalu tergerak untuk mewujudkan hasil riset suaminya itu agar bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Produksi keempat produk itu dilakukannya sendiri. Setiap hari ia mengupas 20 kg rempah-rempah untuk diolah menjadi serbuk minuman. Dari 20 kg tersebut, ia mampu menghasilkan 9 toples minuman masing-masing berukuran 250 gram.

“Setiap hari saya mengupas jahe, temulawak, dan bahan lain itu dari pukul 01.00 WIB. Sambil zikir, sambil ngupas,” ujar nenek lima cucu itu.

Selesai mengupas, ia masih harus memproses rempah tersebut selama 10 jam dengan merebus dengan bahan-bahan tambahan. Hasilnya, ia kemas dengan plastik dan didistribusikan kepada pelanggan yang sering memesan produknya.

“Saya olah seperti jus, lalu disaring sampai tidak ada endapannya. Terus kita masak dengan api kecil selama 10 jam, karena kita pakai proses air. Kalau pakai proses etanol skala pabrik mungkin bisa sebentar,” bebernya.

Siti juga selalu memperhatikan pembuangan limbah produksinya. Karena seluruhnya berbahan organik, ia berupaya sebisa mungkin tidak meninggalkan sampah. Residu produknya ia jadikan kompos untuk dikembalikan ke alam.

“Saya selalu meninggalkan ujungnya untuk bibit. Selebihnya saya kumpulkan, saya biarkan busuk, lalu saya kembalikan ke tanah,” ujar wanita yang masih aktif bekerja di perusahaan swasta itu.

Kini, meskipun sudah berusia lanjut, ia masih ingin terus mengembangkan produknya agar bisa menjangkau lebih banyak konsumen. Ia ingin produk ini bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak.

“Saya ingin terus kembangkan. Ini sudah sampai ke Belanda, Australia, dan Rusia,” akunya.(hms/kb)