Beranda Ekonomi Menanti Solusi Rendahnya Harga Gabah di Karawang

Menanti Solusi Rendahnya Harga Gabah di Karawang

KARAWANG – Perum Bulog Sub-Divre Karawang menegaskan, untuk menyerap harga gabah petani yang saat ini di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP), sepenuhnya merupakan kewenangan Badan Urusan Logistik (Bulog) Pusat.

Wakil Pimpinan Perum Bulog Sub Divre Karawang, Satrio mengatakan, pihaknya tidak bisa mengambil langkah lebih jauh terkait harga gabah yang dikeluhkan para petani, sebab pengadaan gabah belum dibuka lagi saat ini, sementara kebijakan pengadaan gabah atau beras domainnya di kantor pusat.

Baca juga: Keluh Kesah Petani Karawang: Panen Melimpah, Harga Gabah Malah Anjlok

“Kita sudah laporkan kondisi ini ke wilayah dan pusat, agar segera membuat kebijakan menyelamatkan para petani yang kadung merugi dengan harga di bawah HPP saat ini,” terangnya saat dikonfirmasi soal rapat pembahasan serap gabah (sergab) petani Karawang dengan sejumlah OPD yang dipimpin Wakil Bupati Karawang, Aep Syaepuloh di Perum Bulog cabang Karawang, pada Rabu, (30/6).

“Hanya saja kalau untuk melangkah lebih jauh, itu bukan domain kita, sebab Bulog di daerah hanya pelaksana kebijakan dari pusat,” sambungnya.

Baca juga: Harga Gabah Rendah, Dewan Jabar Sentil Bulog

Satrio menjelaskan, target serapan Bulog Karawang tahun ini sebanyak 47ribu ton setara beras. “Sementara hingga Juni, kita baru mencapai 11 ribu ton setara beras,” ungkapnya.

Kepala Disperindag Karawang, Ahmad Suroto menjelaskan, hasil koordinasi dengan Bulog Karawang, yakni perlu dilakukan penetrasi pembelian Gabah Kering Giling (GKG) oleh Bulog untuk mendongkrak kembali harga gabah.

Disinggung soal berapa lama target harga gabah di pasaran bisa di atas HPP, Suroto harapkan bisa terealisasi dalam waktu satu bulan. “Kita harapkan sebulan sudah kembali normal,” katanya.

Sebelumnya, rendahnya harga gabah yang dikeluhkan para petani di Kabupaten Karawang, turut menuai sorotan Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat, Rahmat Hidayat Jati.

Ia menilai, situasi tersebut terjadi secara umum dialami petani di Jawa barat, bahkan bisa dibilang sepulau Jawa, di mana ketika panen raya tiba, harga gabah malah anjlok.

Rahmat juga menyentil peran Bulog yang dinilainya lamban memperhitungkan harga gabah dan stok beras agar situasi seperti sekarang bisa diantisipasi.

“Bulog harusnya bisa lebih cepat lagi dalam menghitung waktu soal harga gabah dan stok beras sebagai cadangan pangan dan lebih cermat dalam mengantisipasi kondisi lapangan,” tandasnya. (kie)