Beranda Regional Tempuh 3 KM, Pulang Pergi Sekolah Naik Sepeda

Tempuh 3 KM, Pulang Pergi Sekolah Naik Sepeda

KARAWANG, TVBERITA.CO.ID- Sudah 5 tahun terakhir, Revaldi, Pelajar asal Dusun Wagirlumbung RT 5/03, Desa Jayanegara, Kecamatan Tempuran mengayuh sepeda bekas untuk aktivitas sekolahnya.

Putra dari dua bersaudara ini bukan tidak punya kendaraan bermotor di rumahnya, tapi kepatuhannya pada lalu lintas dan ketiadaan Surat Izin Mengemudi ( SIM), membuatnya rela melawan arus di saat temannya menggunakan kendaraan bermotor ke sekolah. Bahkan, merelakan mengayuhkan sepedanya lebih dari 3 kilometer ke SMA Tempuran, agar orangtuanya tetap bisa berdagang ikan dengan sepeda motor yang hanya dimiliki satu- satunya.

Ditemui di Sekolahnya, Revaldi yang duduk dibangku kelas XI IPA 3 SMAN Tempuran ini mengatakan, mengayuh sepeda baginya sudah dilakoni sejak masuk SMP. Betapapun jarak sekolah jauh dari rumahnya, ia sebisa mungkin harus bangun pagi agar bisa sampai ke sekolah. Karena kendaraan yang digunakannya adalah sepeda bekas hasil pembelian orang tuanya. Meskipun tanpa rem, karena harus menekan ban belakang saat berhenti, sepedanya tersebut jadi saksi dirinya bersekolah.

Bagi Revaldi, tidak ada rasa malu, canggung dan minder walaupun dari ratusan siswa hanya dirinya yang bersepeda k esekolah. Karena ia memiliki keyakinan dan menyadari betul bahwa orangtuanya lebih membutuhkan sepeda motor untuk bekerja ketimbang dirinya. Lagi pula, sebut Revaldi, dirinya masih belum cukup umur berkendara dan tidak memiliki SIM.

Karenanya lalu lintas tertib juga menjadi pertimbangannya untuk tidak mengendarai motor ke sekolah. Sebab, bukan karena dirinya tidak bisa mengendarai motor atau tidak memiliki motor, akan tetapi memang banyak faktor yang mengharuskannya memilih bersepeda.

“Ya belum punya SIM, motor juga ada, biar sama orangtua saja buat usaha dagang ikan,” ujarnya.

Lebih jauh Revaldi menambahkan, melihat dirinya yang terus bersepedah sempat membuat orangtuanya Iba dan disarankan agar motor digunakan untuk bersekolah seperti teman- temannya pada umumnya, namun ia menolaknya. Begitupun cibiran, tak jarang diterimanya dari teman- teman sekolah. Ada yang dibilang so, ada juga yang bilang lebay dan disarankan pakai saja motor.

Namun dirinya enggan ambil pusing hal itu, karena jika harus malu, minder dan sejenisnya, ia bersekolah tidak bakalan konsen. Hasilnya disyukuri Revaldi, ia selalu masuk rangking 10 besar baginya itu puas. Karena memang sekolah itu perlu banyak perjuangan, mengayuh sepeda tentu panas dirasakannya saat pulang. Begitupun musim penghujan, ia tetap siapkan mantek agar bisa berangkat ke sekolah sekitar jam 06.00 pagi dan sampai pukul 06.45 pagi.

“Hujan panas sudah biasa, yang jelas saya sehat mengayuh sepeda saja sudah alhamdulillah,” ujarnya.

Teman sekelas Revaldi, Indri Rahmayati memuji keberanian temannya tersebut saat berangkat sekolah dengan mengayuh sepedah yang tidak dekat, mungkin alasan gengsi dan kekinia, banyak yang mengabaikannya. Namun hati kecilnya sebenarnya iri akan keberanian mental Revaldi.

“Saya puji keberanian teman saya yang satu ini,” ungkapnya.

Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Tempuran Endra Wahyudin S.pd mengatakan, di sekolahnya ada 4 siswa yang semula menggunakan sepeda dan menyimpannya di samping sekolah. Yang satu sudah lulus tahun kemarin dan yang dua lagi beralih diantar orangtuanya, sehingga dari ratusan siswa yang ada, hanya Revaldi saja yang masih terus menggunakan sepeda. Jangankan siswa, dirinya sendiri sebagai guru sangat apresiatif atas keberanian Revaldi.

“Jangankan siswa, saya saja sebagai gurunya memuji mentalnya bersepeda ke sekolah, rajin, disiplin dan tepat waktu pula,” ujarnya.(nji/ds)